Wednesday, April 24, 2013

STUDI TENTANG POTRET SISTEM PENDIDIKAN DI MESIR

Untitled
<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false IN X-NONE AR-SA MicrosoftInternetExplorer4 <![endif]

BAB I

PENDAHULUAN

Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: مصر, Maṣr) adalah sebuah
negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur.Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir
Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihun

Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah

di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah. Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Diantara tokoh-tokoh tersebut Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali Pasha. Dua yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.

Sistem Pendidikan di negara Mesir meliputi:

1. Sekolah Dasar (Ibtida’i).

2. Sekolah Menengah Pertama (I’dadi).

3. Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah).

4. Pendidikan Tinggi.[1]

Pada kesempatan ini kami dari kelompok empat pada mata kuliah Perbandingan Pendidikan akan mencoba membahas tentang Sistem Pendidikan di Negara Mesir.

BAB II

PEMBAHASAN

STUDI TENTANG POTRET SISTEM PENDIDIKAN DI MESIR

A. Potret Sistem Pemerintahan

Mesir berbentuk Republik sejak 18 Juni 1953, Mesir adalah Negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. Mohamed Hosni Mubarak telah menjabat menjadi presiden Mesir selama lima periode, sejak 14 Oktober 1981 setelah pembunuhan Presiden Mohamed Anwar el-Sadat, selain itu ia juga pemimpin partai Demokrat Nasional. Perdana Menteri Mesir Dr. Ahmed Nazif dilantik pada 9 Juli 2004 untuk menggantikan Dr. Atef Ebeid.

Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidental multipartai. Secra teoritis kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana menteri namun dalam prakteknya kekuasaan terpusat pada presiden, yang selama ini dipilih dalam pemilu dalam kandidat tunggal. Mesir juga mengadakan pemilu parlemen multipartai.

Pada akhir Februari 2005, Presiden Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden menuju ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya sejak 1952. Rakyat Mesir mendapatkan kesempatan untuk memilih pemimpin dari daftar berbagai kandidat. Namun aturan yang baru juga menerapkan berbagai batasan sehingga berbagai tokoh seperti Ayman Nour, tidak bisa bersaing dalam pemilihan dan Mubarak pun kembali menang dalam pemilu.Dan pada akhir Januari 2011 rakyat Mesir menuntut presiden Mubarak untuk meletakkan jabatannya. Hingga 18 hari aksi demonstrasi besar-besaran menuntut presiden Hosni Mubarak mundur, akhirnya pada tanggal 11 Februari 2011 Hosni Mubarak resmi mengundurkan diri.[2]

Semenjak tahun 1979, sistem pemerintahan Mesir bersifat desentralisasi yakni memperbesar kekuasaan gubernur sebagai wakil presiden di daerah, dengan hal tersebut mendorong keterlibatan masyarakat lebih besar dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan prioritas sosio-ekonomi masyarakat lapisan bawah.

Republik Arab Mesir mempunyai Dewan perwakilan Rakyat yang terdiri dari 458 anggota yang dipilih, 10 orang diantaranya ditunjuk oleh Presiden. Kira-kira 50% anggota DPR Mesir yang dipilih berasal dari rakyat tani dan buruh. Mesir juga mempunyai Dewan Konsultatif dan sebuah badan yang dikenal dengan “Dewan Khusus Nasional” yang berfungsi membantu Presiden. Mesir dibagi dalam 26 “governorat (kegubernuran)” yang masing-masingnya dikepalai oleh seorang gubernur yang diangkat oleh Presiden. Menurut UU No. 43 tahun 1979, governorat mempunyai fungsi administrasi yang penting dalam pendidikan, kesehatan, perumahan, pertanian, irigasi, transportasi dan lain-lain. Kementerian pendidikan di pusat bertanggung jawab atas kebijakan-kebijakan dan perencanaan secara keseluruhan dan kelanjutannya, sedangkan governorat bertanggung jawab atas pengimplementasian dan pengadministrasian.[3]

B. Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara

Republik Arab Mesir luasnya kurang lebih satu juta kilometer persegi dan terletak di bagian timur laut benua Afrika dan Semenanjung Sinai di barat daya benua Asia. Mesir berbatasan dengan Laut Mediterania di utara, Laut merah Merah, Terusan Suez, dan Teluk Aqaba di sebelah timur. Daerah Semenanjung Sinai dipisahkan dari daerah Mesir Lainnya oleh Terusan Suez. Di barat, Mesir berbatasan dengan Negara Libia, dan Sudan di selatan.

Mesir berpenduduk 67.273.906 jiwa pada tahun 1997 dengan komposisi 36% berusia di bawah 15 tahun, dan 37% di atas 65 tahun. Dan di perkirakan mencapai 70 juta jiwa pada tahun 2000 ini, sehingga menjadi salah satu Negara di dunia yang pertumbuhan penduduknya paling tinggi. Secara etnis, Mesir terdiri dari suku Ejipsi, Badui, dan Barbar.

Topografi daerah Mesir berbentuk padang pasir di bagian barat dan timur serta lembah sungai Nil dengan deltanya. Padang pasir barat yang mencakup 68% daratan Mesir merupakan daerah tanah tandus kering, yang ditutupi oleh dataran pasir yang sangat luas, bukit-bukit pasir yang berpindah-pindah karena angin, dan lembah-lembah dalam yang luas. Sebagian lembah-lembah itu seperti lembah Qattara, siwa, dan Faium di bawah permukaan laut.[4]

Mesir merupakan Negara terbesar di wilayah Afrika Utara, tepatnya diantara 22˚LU - 32˚LU dan 25˚BT - 36˚BT. Luas negara ini mencapai 997.739 km² dengan jumlah penduduk sekitar 76.117.430 jiwa. Adanya penduduk asli yang tinggal secara nomaden di daerah gurun menyebabkan Mesir mengalami ketimpangan dalam hal penyebaran penduduk dan pendapatannnya. Meskipun memiliki banyak devisa, namun pendapatan perkapita penduduknya hanya mencapai 1.350 US dollar. Pendapatan tersebut didukung oleh beberapa kegiatan perekonomian diantaranya sebagi berikut:

1. Pertanian

Sektor pertanian menyumbangkan 17% perekonomian negara Mesir. Meskipun didominasi oleh wilayah gurun, namun Mesir mendapatkan berkah dari adanya aliran sungai Nil yang menyuburkan kawasan lembah dan deltanya. Mesir terkenal sebagai penghasil kapas, gandum, kurma, zaitun, dan serat papyrus (bahan baku kertas). Seiring dengan dibangunnya bendungan Aswan, maka pertanian Mesir semakin maju. Saat ini produk pertaniannya semakin berkembang dengan menghasilkan berbagai jenis buah-buahan, sayuran, padi, dan rumput-rumputan untuk makan ternak.

2. Peternakan dan Perikanan

Selain sebagai petani, masyarakat Mesir juga banyak yang hidup beternak secara nomaden. Jenis hewan ternak yang dikembangkan secara tradisional adalah domba, biri-biri, dan unta. Adapun perikanan dibedakan atas perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan laut banyak diusahakan di perairan Laut Merah dan perairan Laut Tengah, sedangkan perairan darat banyakdiusahakan di sungai Nil dan di kawasan bendungannya.

3. Pertambangan

Hasil tambang utama Mesir adalah minyak bumi dan gas alam yang terdapat di pantai dan perairan laut Merah serta di kawasan gurun Libya dan semenannjung sinai. Selain hasil tambang utama tersebut, dikembangkan juga pertambangan fosfat, bijih besi, dan garam.

Sampai tahun 1990-an, negara ini masih swasembada gandum dan beras, malah bahan pangan pokok diekspor untuk negara-negara Timur Tengah. Kita pernah mengimpor beras dan gandum dari Mesir pada tahun 1980-an. Mesir juga mempunyai minyak walaupun tidak sebanyak Arab Saudi atau Kuwait. Produksi tertinggi dicapai pada tahun 1996 dengan volume 900.000 barrel per hari. Sejalan dengan naiknya harga minyak setelah tahun 1970-an, hasil minyak tersebut dipakai untuk menyubsidi harga pangan untuk rakyat yang cukup besar.[5]

C. Filsafat Pendidikan yang Dijadikan Dasar Pengembangan Pendidikan

Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Di antara tokoh-tokoh tersebut Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali Pasha. Dua yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.

Berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli 1798 M. Tujuan utamanya adalah menguasai daerah Timur, terutama India. Napolen Bonaparte menjadikan Mesir, hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada waktu itu dibawah pengaruh kekuasaan kolonial Inggris. Kedatangan Napolen ke Negara Mesir tidak hanya dengan pasukan perang, tetapi juga dengan membawa seratus enam puluh orang diantaranaya pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan dengan huruf latin, Arab, Yunani, peralatan eksperimen, diantaranya membawa teleskop, mikroskop, kamera, dan lain sebagainya, serta seribu orang sipil. Tidak hanya itu, ia pun mendirikan lembaga riset bernama Institut d’Egypte, yang terdiri dari empat departemen, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti, ekonomi dan polititik, serta ilmu sastera dan kesenian. Lembaga ini bertugas memberikan masukan bagi Napoleon dalam memerintah Mesir. Lembaga ini terbuka untuk umum terutama ilmuwan (ulama’) Islam. Ini adalah moment kali pertama ilmuwan Islam kontak langsung dengan peradaban Eropa, termasuk Abd al-Rahman al-Jabarti. Baginya perpustakaan yang dibangun oleh Napoleon sangat menakjubkan karena Islam diungkapkan dalam berbagai bahasa dunia.

Perjalanan Napoleon ke Mesir membawa sebuah harapan dan perubahan yang bagus bagi sejarah perkembangan bangsa Mesir, terutama yang menyangkut pembaharuan dan modernisasi pendidikan di sana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perancis banyak memberikan inspirasi bagi tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan perubahan baik secara sistem dan kurikulum pendidikan yang sebelunya dilakukan secara konvesional. Diantara tokoh yang mendapatkan inspirasi tersebut adalah Muhammad Ali Pasa dan Muhammad Abduh. Dua tokoh ini, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lainnya.[6]

D. Kebijakan Strategis di Bidang Pendidikan

Kebijakan pendidikan di Mesir memiliki kemiripan dengan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam menyiapkan lulusan pendidikan yang memiliki daya kompetitif global.

1. Sebagai negara yang padat penduduk dan memiliki banyak lembaga pendidikan guru, dan siswa, Mesir telah mengembangkan suatu sistem pelatihan guru melalui pelatihan jarak jauh (distance learning/training) dengan menggunakan keunggulan teknologi informasi. Model ini juga penting untuk dikembangkan di Indonesia agar pelayanan pendidikan dan pelatihan kepada guru dapat dilakukan lebih cepat dan efesien.

2. Sistem penjenjangan karier guru secara fungsional yang diselenggarakan di Mesir tampaknya lebih bergradasi dan dapat menciptakan profesionalisme pendidik. Sistem yang diatur mulai dari status guru sebagai assistant teacher, teacher, senior teacher, sampai master teacher. Jenjang status guru seperti itu dapat berpengaruh positif terhadap jenjang karier guru dan pembinaan profesi guru yang lebih terstruktur.

3. Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim dan tradisi agama yang kuat, Mesir memiliki sistem pembelajaran agama Islam pendidikan Islam yang sangat kuat. Standar untuk pendidikan Islam pun dilakukan dengan standar yang lebih menjamin lulusan pendidikan keagamaan agar memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang kuat. Karena itu, dalam pengembangan kurikulum dan evaluasi pendidikan agama, pendidikan Islam di Mesir sering menjadi rujukan negara-negera Islam lainnya. Sebagai misal, sistem pendidikan al-Azhar Cairo terbuka untuk menerima calon mahasiswa dari berbagai lulusan sekolah menegah namun mereka harus lulus seleksi, memiliki ijazah yang diakui setara, dan harus mengikuti matrikulasi bagi mereka yang dianggap belum cukup dapat melanjutkan kuliah. Sistem ini sebenarnya belum dimiliki di Indonesia, karena akses pendidikan untuk masuk di PTAI masih longgar dan standar kelulusan calon mahasiswa variatif.[7]

E. Kebijakan negara terhadap pendidikan agama Islam

Agama Islam adalah agama negara di Mesir, dan bahasa Arab bahasa resmi Negara. Cita-cita demokrasi terus dikembangkan dengan berbagai cara untuk menentang feodalisme, monopoli, dan eksploitasi. Pendidikan wajib selama 5 tahun pada pendidikan dasar, dan dapat ditambah ke tingkat pendidikan yang tinggi. Pendidikan adalah gratis pada sekolah-sekolah negeri. Negara mengawasi seluruh kegiatan pendidikan dan menjamin otonomi universitas dan pusat-pusat penelitian dengan cacatan bahwa semua kegiatan itu diarahkan pada usaha-usaha keperluan masyarakat dan pada peningkatan produktivitas. Penghapusan buta huruf (iliterasi) merupakan tugas nasioanal, dan Islam adalah pelajaran dasar dalam kurikulum.[8]

F. Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan Tenaga Kependidikan

1. Pengembangan Kurikulum Dan Evaluasi Pendidikan.

Kementrian pendidikan Mesir telah mengembangkan suatu system pelatihan untuk guru-guru pada semua jenjang pendidikan muali dari guru tamn kanak-kanak sampai dengan guru sekolah menengah. Sistem yang dikembangkan berupa training jarak jauh (distance training) melalui video coverensce yang sekali tayang dapat melibatkan lebih dari 9000 guru diberbagai daerah yang sudah dibangun fasilitas training secara interaktif. Training model ini diselenggarakan oleh pusat pengembangan teknologi untuk training guru atau yang disebut tecnoloigy development centre (TDC) dengan melibatkan sejumlah nara sumber dari berbagai perguruan tinggi, TDC sangat berperan dalam menyediakan layanan training untuk guru yang melalui perangkat teknologi yang diciptakan dan mempercepat akses pelatihan dan kuliah bagi guru didaerah terhadpa sistem pelatihan yang lebih bermutu dan terkontrol.

Kurikulum pendidikan dikembangkan dengan menggunakan standar pendidikan nasional berdasasrkan kebutuhan pengembangan pendidikan di Mesir. Standar nasional ini berlaku untuk semua jenjang dan jenis pendidikan. Namun demikian pada tingkat implementasi kurikulum, kementrian pendidikan mesir lebih bertanggung jawab untuk pengembangan pendidikan ditingkat secondary education dan tanggungjawab juga sampai pada penyelenggaraan ujian nasional. Sementara itu untuk pengembangan dan implementasi pendidikan pada jenjang pendidikan Pre-School dan Elementary Educatin menjadi tanggungjawab tingakt distrik, dasn pada tingkat Preparatory Education pada tigkat states atau tingkat propinsi.

Untuk pegembangan evaluasi pendidikan NCEEE (National Center For Examinition and Education Evalution) atau pusat pengembangan Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan yang terletak di al-madina al-munawara sreet, Cairo juga memiliki peranan penting. Lembaga ini merupakan lembaga inependen yang diberi kewenangan yang bersifat otonomi oleh kementrian Pendidikan Mesir yang didirikan untuk menyelenggarakan kebutuhan kajian saintifik untuk kebutuhan pengujian data, evaluasi pendidikan agar kurikulum yang telah ditetapkan dapat dicapai sesuai dengan target, membangun karakter siswa dan memproosikan kemampuan, kreativitas dan kecakapan siswa dalam berbagai bidang budaya, ilmu dan teknologi. NCEEE dilengkapi dengan fasilitas komunikasi informasi dengan internet yang konek ke semua departemen yang dioperasikan dengan menggunakan satelit.

Pengembangan evaluasi dilakukan secara serempak pada siswa semua jenjang pendidikan dan mata pelajaran yang menjadi fokus pengembangan mencakup semua mata pelajaran. Sedangkan ntuk pengembangan kurikulum yang juga menjadi tanggungjawab NCEEE, semua mata pelajaran sudah dikembangkan dalam bentuk buku pelajaran, yang disebarkan kesetiap sekolahan. Untuk menunjang efektifiatas penggunaan buku, NCEEE juga mengembangkan sejumlah CD interaktif yang dapat digunakan pada proses pembelajaran siswa dan training guru.

2. Training Guru Inisiatif UNESCO Mesir

Sebagai lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, UNESCO Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya sumber daya manusia Mesir yang handal. Training ini diselenggarakan melalui kerjasama dengan perusahan-perusahaan besar yang berperan dalam melakukan sertifikasi keahlian guru selepas training.

a. Pengembangan sistem training guru yang terintegrasi dan terpadu yang dilakukan di Mesir tampaknya dapat menjadi model yang dapat dikembangkan di Indonesia. Keterpaduan yang menyangkut pemberian layanan training yang dikemas dalam penyebaran informasi, penggunaan teknologi untuk training jarak jauh, pengembangan muatan training, dan koordinasi antar instansi terkait telah menyebabkan training guru yang dilakukan oleh Training Development Center (TDC) maupun oleh UNESCO memiliki arah pengembangan kompetensi guru lebih jelas dan biaya yang dibutuhkan lebih efesien.

b. Pengembangan keterampilan dan pengetahuan guru yang dilakukan di Mesir lebih mengarah pada pemenuhan standar kompetensi yang tidak hanya untuk memenuhi standar nasional, tetapi juga untuk peningkatan kemampuan standar internasional. Arah kebijakan ini memiliki nilai strategis dalam penyiapan SDM guru yang mampu mengawal pendidikan yang berkualitas di masa mendatang. Peningkatan kompetensi guru seperti ini sesungguhnya sangat relevan dengan kebijakan pendidikan di Indonesia yang kini tengah dengan giat mewujudkan pendidikan yang bermutu, yang tidak saja dapat memenuhi standar nasional pendidikan (SNP) tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menguasai standar internasional.

G. Sistem Penjenjangan Pendidikan yang Dikembangkan

Struktur dan Jenis Pendidikan

1. Sistem Sekolah Sekuler

Pendidikan wajib di Mesir berlaku sampai “grade” 8 dan ini dikenal sebagai pendidikan dasar. Ada pendidikan Taman Kanak-kanak dan “play group” yang mendahului pendidikan dasar, tetapi jumlahnya sangat kecil dan kebanyakan berada dikota-kota. Pendidikan dasar ini dibagi menjadi dua jenjang. Jenjang pertama yang dikenal dengan “Sekolah Dasar” mulai dari “Grade” 1 sampai “Grade” 5, dan jenjang kedua, yang dikenal dengan “Sekolah Persiapan”, mulai dari “Grade” 6 sampai “Grade” 8. Sekolah persiapan ini baru menjadi pendidikan wajib dalam tahun 1984, sehingga nama “Sekolah Persiapan” tidak tepat lagi.

Setelah mengikuti pendidikan dasar selama delapan tahun, murid-murid punya empat pilihan; tidak bersekolah lagi, memasuki sekolah menengah umum, memasuki sekolah tekhnik menengah tiga tahun, atau memasuki sekolah tekhnik lima tahun. Pada sekolah menengah umum, tahun pertama (Grade 9) adalah kelas bersama. Pada Grade 10 murid harus memilih antara bidang sains dan non sains (IPA vs Non-IPA) untuk Grade 10 dan 11.

Pendidikan tinggi di universitas dan institusi spesialisasi lainnya mengikuti pendidikan akademik umum. Pendidikan pada sebagian lembaga perguruan tinggi berlangsung selama dua, empat atau lima tahun tergantung pada bidang dan program yang dipilih. Semenjak tahun 1991, sebagian tamatan sekolah tekhnik dibolehkan melanjutkan ke pendidikan tinggi.

Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat di Republik Arab Mesir, berdampak meningkatnya tuntutan atas pendidikan, dan seterusnya, meningkat pula jumlah murid. Peningkatan jumlah murid ini sebagai pengaruh dari kenyataan bahwa semenjak Revolusi tahun 1952, Mesir selalu berjuang memperluas pendidikan sebagai salah satu prasyarat untuk pembangunan sosial dan ekonomi.

Pada level pendidikan tinggi, struktur sekuler mempunyai 220 fakultas dan institusi pendidikan tinggi lainnya dengan 16.000 staf pengajar, dan 695,736 mahasiswa (628,820 pria dan 66,916 wanita).

2. Sistem Sekolah Al Azhar

Sitem sekolah Al Azhar hampir sama dengan sistem sekolah sekuler pada tingkat pendidikan dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama islam lebih mendapat tekanan. Tetapi, untuk mata pelajaran kurikulumnya seperti pada sekolah sistem sekuler. Grade 10 dan 11 sama untuk semua murid. Pada akhir Grade 11, murid boleh memilih apakah ingin masuk ke sekolah umum dua tahun lagi, atau masuk ke seekolah agama selama dua tahun.

Pada level universitas, fakultas-fakultasnya sama dengan yang ada pada pendidikan sekuler tetapi kurikulumnya lebih menekankan pada keagamaan. Selanjutnya, seluruh pendidikan guru untuk pendidikan keagamaan hanya diselenggarakan dalam lingkungan sistem Al Azhar.

Sekolah-sekolah Al Azhar lebih sedikit muridnya dibandingkan dengan jumlah murid sekolah sistem sekuler. Dalam tahun 1988, presentase murid pada sekolah Al Azhar hanya 3,6% dari seluruh murid dalam sistem sekuler. Pada tingkat pendidikan tinggi, jumlah mahasiswa pada jalur Al Azhar adalah 14,3% dari jumlah mahasiswa pada kedua jalur pada tahun 1988. Jumlah yang kecil pada sekolah-sekolah Al Azhar ini, yaitu 14,3% kelihatannya tinggi, tetapi ada catatan mengenai ini. Lebih besar jumlah tamatan dari jalur Al Azhar yang masuk ke pendidikan tinggi dibandingkan dengan tamatan sekolah sistem sekuler. Perlu dicatat bahwa tidak ada pendidikan tekhnik pada sitem Al Azhar

3. Pendidikan Vokasional dan Tekhnik

Upaya untuk memperluas pendidikan kejuruan (vokasional) dan pendidikan tekhnik dimulai tahun 1950-an. Jumlah sekolah vokasional dan tekhnik meningkat dari 134 (dengan 31.800 siswa) dalam tahun 1952 menjadi 460 buah (dengan siswa 115.600) dalam tahun 19600. Abtara 1970 dan 1988 jumlah siswa pada kedua jenis sekolah ini naik dari 275.300 orang menjadi 978.800. ini beearti kenaikan 19% dan 40,8% pada kedua periode tersebut.

Dalam tahun 1988, Mesir memiliki 563 buah sekolah vokasional dan tekhnik yang berarti 48,7% dari seluruh sekolah menengah yang ada. Jumlah murid pada sekolah-sekolah ini melampaui jumlah murid sekolah menengah umum. Pada sekolah vokasional dan tekhnik pada tahun 1988 jumlah murid adalah 759.700 orang. Sedangkan jumlah murid sekolah menengah umum 564.668 orang. Jumlah murid wanita yang terdaftar pada sekolah vokasional dan tekhnik meningkat cukup tinggi pada tahun 1970.

Pada tingkat pendidikan tingkat tinggi, dalam tahun 1988. Terdapat 34 institut tekhnik dengan jumlah mahasiswa 59.400 berdasarkan catatan The National Center for Education Research. Ini sama dengan 7,5% dari total mahasiswa tinggi.

Jumlah guru sekolah menengahvokasional dan tekhnik naik dari 13.700 orang (14% wanita) tahun 1970 menjadi 42.800 orang (26% wanita) tahun 1987 yang berarti 23,6% dan 28,7% dari total guru-guru sekolah menengah. Walaupun jumlah siswa pada sekolah vokasional dan tekhnik naik cukup besar, namun rasio murid-guru bertambah kecil dari 20:1 menjadi 8:1 pada periode 1970-1988. Pada level pendidikan tinggi, staf pengajar pada institut tekhnik berjumlah 690 orang dalam tahun 1988, yaitu 4,3% dari seluruh staf pengajar pendidikan tinggi.[9]

Di Negara Mesir memiliki Sistem Manajemen Pendidikan:

1. Otorita

Sistem pendidikan mesir adalah tanggung jawab kementrian negara. Kementrian pendidikan bertanggung jawab mulai dari pendidikan prasekolah sampai ke pendidikan tinggi dalam aspek perencanaan, kebijakan, kontrol kualitas, kordinasi dan pengembangannya. Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat governorat bertanggung jawab atas pengimplementasiannya. Mereka yang memiliki lokasi, membangun, dan melengkapi serta mengawasinya agar berjalan dengan baik. Mereka juga berusaha mendorong sumbangan dana partisipasi masyarakat. Ringkasnya, mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu untuk menjamin terselenggaranya operasional dengan efisien.

Kementrian Al-azhar bertanggung jawab mengatasi kebijakan dan perencanaan pendidikan pada universitas Al-azhar dan perguruan tinggi serta sekolah-sekolah lainnya dala lingkungan Al-azhar.

2. Pendanaan

Peningkatan jumlah guru dan sekolah, perbaikan peralatan dan kenaikan harga (termasuk kenaikan gaji) telah menyebabkan kenaikan belanja pendidikan. Duapuluh tiga (23) juta pound mesir (E) sama dengan UU$77 juta yang diselenggarakan pada tahun 1952 naik menjadi E 126 juta pound (UU$420 juta) tahun 1969. Pada periode yangb sama investasi masyarakat pada pendidikan meningkat dari E2,5 juta pound (UU$8,4 juta) menjadi E33,3 juta found (UU$111,2 juta). Sesuda tahun 1970, alokasi dana untuk pendidikan mulai meningkat dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan alokasi sebelumnya. Dalam tahun 1984, pengeluaran masyarakat untuk pendidikan mencapai E1,186,5 juta pound (UU$1,163 juta). Ini berarti 8,9% dari keseluruhan pengeluaran pemerintah atau sama dengan 4,1% GNP. Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan formal dalam tahun 1988 adalah 18,55% dari total pengeluaran untuk masyarakat. Gajih mnyerap 80% lebih, sementara pengeluaran lain 20%. Investasi untuk gedung meningkat pada tahun 1980 an dari 7% menjai 13%. Masih saja tidak cukup gedung-gedung sekolah dan apabila seluruh permintan dipenuhi, pemerintah harus menyediakan biaya lebih dari E3 miliar pound (UU$2,94 miliar). Dalam masa 10 tahun yang akan datang. Dari tahun 1964-1978, pengeluaran untuk pendidikan prauniversitas meningkat 4 kali lipat, sementara pengeluaran untuk pendidikan tinggi meningkat lebih dari 5 kali lipat. Pendidikan tinggi dalam tahun 1970 menggunakan 20,4% dari total pengeluaran pemerintah untuk pendidikan 31,4% tahun 1978. Dari total anggaran kementrian, pendidikan dasar menerima 44% jumlah ini masih perlu ditingkatkan.

Sistem pendidikan saat ini mempertimbangkan sekolah persiapan (sekolah menengah pertama) sebagai jenjang akhir untuk wajib belajar. Ini berarti peningkatan biaya. Gaji guru-guru pada semua level pendidikan telah naik begitu besar antara tahun 1981 dan 1988 dibandingkan kenaikan sebelumnya.

3. Personalia

Kementrian pendidikan hampir memiliki 2000 staf profesional dan pendukung, biasanya dipilih dengan cermat. Para perencana, misalnya, biasanya dipilih dari lulusan universitas dengan tambahan pendidikan selama 1 tahun di institut perencanaan di kairo. Pada umumnya, yang dipilih adalah mereka yang telah menunjukan keterampilan mengajar yang sangat baik. Pelajaran-pelajaran khusus juga diberikan kepada orang yang akan menjadi inspektur, konsultan, supervisor, kepala sekolah, asisten teknik, direktur dan sebagainya. Metode dan prosedur penilaian yang rinci digunakan untuk keperluan alokasi dan promosi. Antara petugas dikementrian dan yang ada di govermorat selalu silakukan pertukaran informasi melalui rapat-rapat yang dilakukan secara reguler serta melalui jalur-jalur komunikasi lainnya.

4. Kurikulum dan Metode Pengajaran

Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum ini terdiri dari konsultan, supervisior, para ahli, para profesor pendidikan, dan huru-guru yang berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia diundang rapat sehingga segala keputusan dapat dikoordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Prauniversitas yang secara resmi mengesahkannya untuk diimplementasikan. Berdasrkan peraturan, kurikulum dapat diubah dan di sesuaikan untk mengakomodasikan kondisi setempatatau hal-hal khusus.

Pusat Penelitian Pendidikan Nasional bertanggung jawab mengumpulkan informasi mengenai materi pengajaan berdasrkan kurikulum dan mengenai implementasinya dilapangan. Hasil penelitian itu disalurkan ke dewan kesekretariatan, dan apabila diperlukan perubahan, sebuah panitia di bentuk dan diserahi tugas untuk mempelajarinya dan merumuskan perubahan-perubahan itu. Ada berbagai cara untuk terjaminnya relevansi dan diseminasi program baru. Sejumlah besar`supervisior, konsultan dari semua level bertemu secara reguler dengan guru-guru guna memberikan bimbingan dan untuk mengumpulkan informasi. Ada berbagai pusat latihan, sekolah percobaan, dan sekolah percontohan, yang bertujuan untuk pembaharuan kurikulum serta perbaikan metode mengajar. Garis besar kurikulum ditentukan sebuah tim kecil mirip dengan tim yang diterangkan di atas dibentuk untuk menulis buku teks. Buku teks menurut kurikulum tidak persis sama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas guru. Bertentangan dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, kebanyakan pengajaran masih berorientasi variabel.

Pada level pendidikan tinggi lebih banyak kebebasan dalam menyusun kurikulum dan dalam pemakaian buku teks. Faktor-faktor seperti kelas yang selalu menjadi bertambah besar, dan kurangnya peralatan fasilitas lainnya cenderung menurukan standar yang dicapai oleh mahasiswa. Mengandalkan buku dan kuliah kelihatannya semakin dominan di perguruan tinggi.[10]

H. Perbedaan antara lembaga pendidikan milik swasta dan negeri

1. Sistem Pendidikan Formal

Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua struktur parallel: struktur sekuler dan struktur keagamaan Al Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementrian Urusan Al Azhar. Ini sering juga disebut Kementrian Agama di negara-negara lain. Selain dari kedua struktur ini, ada pula jenis sekolah yang diikuti oleh sejumlah kecil anak. Misalnya, anak-anak cacat masuk ke sekolah-sekolah khusus; bagi yang ingin menjadi militer masuk ke sekolah militer, dan ada pula generasi muda yang meningkatkan sekolahnya dan mendafar pada program-program nonformal yang diselenggarakan oleh berbagai badan atau lembaga.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan pendidikan terencana di luar sistem pendidikan formal. Pendidikan ini dimaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi kelompok-kelompok orang tertentu, apakha itu anak-anak, generasi muda, atau orang dewasa; apakah mereka laki-laki atau perempuan, petani, pedegang, atau pengrajin; apakah mereka dari keluarga orang kaya atau keluarga miskin. Di Mesir, pendidikan nonformal trutama dikaitkan dengan penghapusan iliterasi. Dengan demikian, kebanyakan program lebih dikonsentrasikan pada pendidikan nonformal dalam aspek itu. Berdasarkan hasil sensus tahun 1960 Mesir, 70% penduduk di ata usia 10 tahun adalah buta huruf. Dalam tahun 1976, Mesir mencatat 13.3 juta orang dewasa (di atas 15) yang buta huruf atau 61,8% dari total penduduk dewasa. Pada tahun 1986 jumlah itu malah meningkat menjadi 17,2 juta orang tapi presentasinya menurun menjadi 49,4%

Tingkat iliterasi wanita lebih tinggi dari tingkat iliterasi pria. Dalam tahun 1976, 77,6% wanita dewasa Mesir tidak dapat menulis dan membaca, sedangkan pria dewasa hanya 46,4% tahun 1986. Presentase itu menurun menjadi 61,8 wanita, dan 37,8% pria.

Semenjak tahun 1967, Kementrian Perburuhan menyelenggarakan program-program untuk mendidik orang-orang yang telah menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan orang-orang yang putus sekolah formal yang berusia di antara 12 dan 18 tahun. Mereka dilatih dalam ketrampilan vokasional yang cocok untuk lingkungan dan kemampuannya. Pendidikan ini biasanya diselenggarakan selama sembilan bulan, tujuh bulan dipusat-pusat latihan vokasional, dan dua bulan di tempat-tempat unit produksi. Para peserta latihan kemudian ditempatkan bekerja pada sektor pemerintah atau sektor swasta.

Dalam tahun 1984, Kementrian Perburuhan melalui program-program pelatihan jangka pendek dalam bidang vokasional untuk mempersiapkan pekerja-pekerja yang ketrampilannya sangat kurang, dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasar kerja dalam bidang-bidang tertentu. Juga dilakukan platihan bagi buruh-buruh yang pekerjaanyya tidak ada lagi atau diperkirakan akan habis. Pelatihan ini berlangsung selama empat bulan. Peserta pelatihan, yang berusia antara 18 dan 45 tahun, diberi ilmu pengetahuan dan ketrampilanyang diperkirakan cukup sebagai langkah pertama. Latihan praktek dilakukan di pabrik-pabrik milik pemerintah dan swasta, sedangkan pelajaran teori diberikan pada sekolah-sekolah perindustrian.

Di bawah pengawasan Kementrian Perindustrian, ada 33 buah pusat pelatihan di berbagai governoart. Pusat-pusat pelatihan ini menyelenggarakan program-program kilat bagi pekerja yang masih “smishkilled” melalui pemagangan di industri-industri, dan juga meningkatkan ketrampilan para teknisi. Program bagi orang yang smiskilled ini diikuti peserta yang berusia sekitar 17 tahun dengan lama program enam bulan. Program pemagangan dapat pula diikuti oleh murid-murid yang telah tamat pendiddikan dasar, atau mereka yang tdak akan melanjutkan pendidikan ke sekolah tekhnik. Program pemagangan ini berlangsung selam tiga tahum.

Untuk meningkatkan ketrampilan karyawan, perusahaan memilih karyawan yang telah punya penglaman kerja minimal lima tahun untuk mengikuti pelatihan tekhnis malam hari selama tiga bulan.[11]

BAB III

KESIMPULAN

v Potret Sistem Pemerintahan

Mesir dibagi dalam 26 “governorat (kegubernuran)” yang masing-masingnya dikepalai oleh seorang gubernur yang diangkat oleh Presiden. Menurut UU No. 43 tahun 1979, governorat mempunyai fungsi administrasi yang penting dalam pendidikan, kesehatan, perumahan, pertanian, irigasi, transportasi dan lain-lain.

v Kondisi Demografi dan Potensi Income Negara

Pendapatan yang ada di Mesir didukung oleh beberapa kegiatan perekonomian diantaranya: Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Pertambangan.

v Filsafat Pendidikan yang Dijadikan Dasar Pengembangan Pendidikan

Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir.

v Kebijakan Strategis di Bidang Pendidikan

Mesir memiliki sistem pembelajaran agama Islam pendidikan Islam yang sangat kuat. Standar untuk pendidikan Islam pun dilakukan dengan standar yang lebih menjamin lulusan pendidikan keagamaan agar memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang kuat.

v Kebijakan negara terhadap pendidikan agama Islam

Negara mengawasi seluruh kegiatan pendidikan dan menjamin otonomi universitas dan pusat-pusat penelitian dengan cacatan bahwa semua kegiatan itu diarahkan pada usaha-usaha keperluan masyarakat dan pada peningkatan produktivitas.

v Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan Tenaga Kependidikan

Kurikulum pendidikan dikembangkan dengan menggunakan standar pendidikan nasional berdasasrkan kebutuhan pengembangan pendidikan di Mesir. Standar nasional ini berlaku untuk semua jenjang dan jenis pendidikan.

v Sistem Penjenjangan Pendidikan yang Dikembangkan

1. Sekolah Dasar (Ibtida’i).

2. Sekolah Menengah Pertama (I’dadi).

3. Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah).

4. Pendidikan Tinggi:

[1]

Drs. Abd. Rachman Ashegaf, M.Ag, Internasionalisasi Pendidikan (Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-negara Islam dan Barat) Hlm.61-62

[2]http://madchan-islamiclibrary.blogspot.com/2011/11/sejarah-perkembangan-filsafat.html jm 12.00 wib

[3] Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Tim Lubuk Agung, 2001) hlm. 225-227

[4] Ibid. hlm. 225

[5] http://madchan-islamiclibrary.blogspot.com/2011/11/sejarah-perkembangan-filsafat.html jm 12.00 wib

[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir

[7] http://kependidikanislamuinbandung.blogspot.com/2011/04/sistem-pendidikan-di-negara-mesir.html

[8] Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Tim Lubuk Agung, 2001) hlm. 227

[9] Prof. Drs. H. Agustiar Syah Nur, MA, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Tim Lubuk Agung, 2001) hlm. 229-232

[10] Ibid. 232-236

[11] Ibid. 228-232
-->

Ditulis Oleh : Unknown ~ Komunitas Blogger Pekalongan

Hasan Ali Sobat sedang membaca artikel tentang STUDI TENTANG POTRET SISTEM PENDIDIKAN DI MESIR. Karena Adminnya Baik hati dan tidak sombong, Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya

:: Get this widget ! ::

0 Comments
Tweets

0 comments:

Next Prev Home